Senin, 10 Agustus 2015

Negeri Para Bedebah – Tere Liye

Awalnya, mendengar pengarang yang satu ini, ngelirik saja tidak, apalagi ingin membaca karyanya. Tapi sebuah kebetulan sungguh membuatku jatuh cinta dan tergila-gila pada karyanya. Bukan bermaksud meremehkan karya anak bangsa. Tapi, aku mengenal namanya berbarengan dengan novel-novel yang mengekor kesuksesan novel lainnya. Setelah cukup puas membaca Ayat-Ayat Cinta karya Kang Abik, dan merasa kecewa berkali-kali ketika membaca karya lain yang hampir serupa, waktu itu aku hanya tahu Bidadari-Bidadari Surga dan Hafalan Shalat Delisa. Batinku, ah, paling isinya sama. Daripada kecewa, mending tak usah baca.
 
Lalu tiba-tiba, tahun lalu, pas kebetulan hari ulang tahunku, ada seseorang yang berbaik hati mengirimkan sebuah buku hasil karya terjemahannya, plus rekomendasi buku ini. Ditilik dari judulnya, tidak membuatku alergi, karena tak berbau religi. Maaf, karena novel religi yang bergambar serba ke-religi-an yang kelasnya abal-abal sungguh sudah membuatku kecewa membacanya.
 
Lalu kucoba membaca, meski pelan-pelan, karena banyak istilah berat yang tak kumengerti di dalamnya. Baiklah, sebelum memulai mengupas apa isi buku ini, ada baiknya jika kutuliskan identitas buku ini.
 
Judul        : Negeri Para Bedebah
Pengarang    : Tere Liye
Penerbit    : PT Gramedia Pustaka Utama
Dimensi     : 20 cm, 40 halaman
Kategori    : Fiksi
Cetak Ulang    : ketujuh, Februari 2014
 
Kutipan belakang buku: di negeri para bedebah, kisah fiksi kalah seru dibanding kisah nyata. Di negeri para bedebah, musang berbulu domba berkeliaran di halaman rumah. Tetapi setidaknya, Kawan, di negeri para bedebah, petarung sejati tidak akan pernah berkhianat.
  
  Kisah fiksi ini terbagi menjadi 48 episode dalam satu buku. Di kawal oleh seorang tokoh berkarakter kuat bernama Tommy, yang memiliki seorang kakek yang harus ia lindungi, dan seorang paman yang sangat ia benci. Meski begitu, musuhnya bukanlah pamannya. Kisahnya dimulai dengan kalang-kabutnya seorang wartawati  muda sebuah majalah ekonomi terkemuka se-Asia Tenggara yang hendak mewawancarai seorang konsultan keuangan, konsultan perusahaan, atau apalah istilahnya, yang super sibuk (inilah tokoh utama kita), hingga wawancara harus dilakukan di atas pesawat. Tanpa ia nyana, petualangannya akan berakhir dengan serentetan bencana, percobaan pembunuhan, hingga trik-trik perbankan yang tak pernah terbayangkan sebelumnya.
 
   Tommy, tokoh utama kita, yang sepertinya keturunan cina, dilihat dari nama kakek dan pamannya, dibesarkan dalam kedamaian di sebuah panti asuhan, meski ia mennyimpan kebencian yang mendalam terhadap pamannya, yang ia anggap sebagai penyebab kematian kedua orang tuanya. Keluarganya adalah keluarga pedagang, pengusaha. Tapi para penguasa dan para pecinta keserakahan telah memutilasi kepercayaan pada kerja keras yang jujur dalam berusaha dan bekerja. Kakeknya, ayahnya, pamannya, adalah korban konspirasi para petinggi Negara dan para pengusaha yang ingin sukses meski harus mengorbankan yang lainnya.
 
    Kisah ini mendebarkan, karena thrillernya ditulis dengan sangat ciamik. Kisah ini mengharukan, karena hubungan keluarga yang tidak sederhana diungkap dengan sangat indah. Hubungan balas jasa yang tak pernah terpikirkan, dan teori-teori baru yang dulunya tak pernah kukenal jadi bisa kumengerti meski tak semuanya. Saya pikir, tak layak rasanya jika seluruh ceritanya disinopsiskan, karena akan mengurangi minat untuk membaca sendiri. Tapi yakinlah, tak rugi untuk sekedar mencoba membacanya.
 
    Yang paling kusuka dalam semua karya Tere Liye adalah, bahasanya. Enak dibaca, runut, dengan kata-kata yang sangat pas untuk semua tema cerita. Dan ide ceritanya, seolah mengalir, seperit tak kesulitan sama sekali untuk menentukan apa yang selanjutnya akan terjadi. Dan cerita-ceritanya selalu berakhir mengejutkan, tapi tak pernah mengecewakan.
 
    Sangat kurekomendasikan untuk dibaca. Sudah kurayu beberapa teman untuk mencoba membaca dan akhirnya mereka ketularan jatuh cinta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar