Rabu, 29 April 2015

Sekolah vs Pacaran

Pacaran di masa-masa sekolah memang asik dan mendebarkan. Tak peduli UJIAN NASIONAL 2015 sedang menjadi demam, tak peduli Ulangan Akhir Semester sedang menghadang, pacaran tetap jalan terus.  Kita sering bertanya-tanya, mengapa anak-anak yang cenderung masuk kategori anak pintar prestasinya akan menurun begitu mereka mengenal pacaran? Jawabannya sangat simple saudara-saudara.

Pacaran zaman sekarang adalah pacaran dua puluh empat jam. Tak seperti zamannya kakek nenek kita, hanya untuk bertemu saja harus menggunakan surat, atau kertas melayang, atau titip salam dan bisik-bisik teman, pacaran zaman sekarang sungguh tak terbatas waktu karena komunikasi selalu dalam genggaman.
Lantas, apa tak bisa pacaran sambil belajar? Woi, yang sedang pacaran sambil belajar, banyakan mananya, pacarannya apa belajarnya? Sudah tentu banyakan pacarannya lah. Belajar kan Cuma modus ^_^

Secinta-cintanya sama pelajaran, pasti lebih cinta sama pacar. Iya kan? Oh, andai saja para mata pelajaran itu bisa mengirimkan sms, bisa fban, bisa dan lain-lain seperti yang dilakukan oleh seorang pacar, pasti yang pacaran makin pintar. Sayangnya, mata pelajaran adalah benda tak hidup yang sekalipun tak akan protes jika diabaikan. Itulah sebabnya ketika baru baca bab pertama, trus ada sms: kamu kok nggak ngucapin selamat tidur ke aku sih?, pasti yang dipilih hapenya, dan bukunya ditinggal begitu saja^_^. Coba mata pelajaran bisa manja-manjaan seperti pacar ya…

Gimana prestasinya nggak menurun kalau pacar lebih diperhatikan dari pada mata pelajara????

Catat Seluruh Hidupmu Selagi Kau Mampu

Sebuah catatan, sebelum aku lupa

Selamat datang di blog terbaruku. Semoga apa yang kutulis bermanfaat bagi yang membacanya. Karena, aku ingin menulis banyak hal. Segalanya. Yang kurasa, yang kudengar, yang kurenda, yang kuasa. Akan tetapi, daya ini sungguh terbatas. Otakku dipenuhi dengan banyak cerita. Ada bahagia, ada sedih, ada inspirasi, ada kegilaan, ada kenangan, dan ada dongeng yang tak lekang zaman.

Tanganku hanya dua. Bukan berarti aku meminta tambahan tangan. Hanya saja, kusadari, betapa lemahnya aku, betapa kuatnya diriku, betapa banyaknya inginku.

Aku ingin bercerita ke seluruh dunia, bahwa aku mampu bercerita. Ingin kutulis apa saja yang bisa menjadi cerita.

Agar aku tidak lupa, agar otakku tidak terlalu malas mencerna segala kejadian di dunia. Aku ingin menulis semua yang kulihat, yang kubaca, yang kudengar, yang kuraba, yang kuhirup, yang kukecap, dan yang kuingat.

Diam tidak membuatku mengingat lebih banyak. Pada akhirnya, apa yang berkecamuk di benakku hanya akan menghilang begitu saja. Sebelum semuanya tersapu angin, terguyur air atau terbakar api, akan kusampaikan lewat blog sederhana ini. Semoga berkenan dan mengispirasi.